Minggu, 03 Januari 2016

praktikum anfisman panca indera

    Tujuan
    Menjelaskan struktur anatomi dan fungsi organ sensorik khusus
    Menjelaskan mekanisme fisiologis dan sifat-sifat indera

    Teori  Dasar
Panca indera adalah organ-organ akhir yang di khususkan untuk menerima jenis rangsangan tertentu. Serabut saraf yang melayani nya merupakan alat perantara  yang membawa kesan rasa (sensory imfression) dari organ indera menuju otak , tempat perasaan itu ditafsirkan. Beberapa kesan rasa timbul dari luar, seperti sentuhan , pengecapan , penglihatan, penciuman,, dan suara. Lainnya timbul dari dalam , antara lain lapar, haus, dan rasa sakit.
INDRA PENGLIHATAN (MATA).
Mata merupakan salah satu alat indera yang tak ternilai harganya.Mata terdiri atas bola mata yang terletak di dalam lekuk mata. Selain bola mata, di dalam lekuk mata terdapat juga saraf penglihatan dan alat tambahan. Bola mata berbentuk bulat, hanya bidang depannya meyimpang dari bentuk bola sempurna karena selaput bening lebih menonjol ke depan. Mata mempunyai reseptor khusus untuk mengenali perubahan sinar dan warna.
Bagian-bagian mata :
    Bola Mata
    Sklera
    Koroid
    Selaput jala mata (Retina)
     Kelenjar Lakrima (Air mata)
    Konjunktiva
    Cairan Aqueous
    Selaput pelangi (Iris)
    Pupil
    Lensa
    Cairan bening (vitreous humor )
    Saraf Optik
    Otot Mata
Ada 4 Bagian-bagian yang melindungi mata :
    Alis mata, berguna untuk menghindarkan masuknya keringat ke mata kita.
    Kelopak mata, berguna untuk melindungi mata dari debu, asap, dan   bendaasing lain
    Bulu mata, berguna untuk mengurangi cahaya dan kotoran yang masuk.
    Kelenjar air mata, menghasilkan air mata yang berguna untuk membasahi kornea
Fungsi Mata
Sinar yang masuk ke mata sebelum sampai di retina mengalami pembiasan lima kali yaitu waktu melalui konjungtiva, kornea, aqueus humor, lensa, dan vitreous humor. Pembiasan terbesar terjadi di kornea. Bagi mata normal, bayang- bayang benda akan jatuh pada bintik kuning, yaitu bagian yang paling peka terhadap sinar. Ada dua macam sel reseptor pada retina, yaitu sel kerucut (sel konus) Dan sel batang (sel basilus).
Sel konus berisi pigmen lembayung dan sel batang berisi pigmen ungu. Kedua macam pigmen akan terurai bila terkena sinar, terutama pigmen ungu yang terdapat pada sel batang. Oleh karena itu, pigmen pada sel basilus berfungsi untuk situasi kurang terang, sedangkan pigmen dari sel konus berfungsi lebih pada suasana terang yaitu untuk membedakan warna, makin ketengah maka jumlah sel batang makin berkurang sehingga di daerah bintik kuninghanya ada sel konus saja. Pigmen ungu yang terdapat pada sel basilus disebut rodopsin, yaitu suatu senyawa protein dan vitamin A. Apabila terkena sinar, misalnya sinar matahari, maka rodopsin akan terurai menjadi protein dan vitamin A. Pembentukan kembali pigmen terjadi dalam keadaan gelap. Untuk pembentukan kembali memerlukan waktu yang disebut adaptasi gelap (disebut juga adaptasi rodopsin). Pada waktu adaptasi, mata sulit untuk melihat. Pigmen lembayung dari sel konus merupakan senyawa iodopsin yang merupakan gabungan antara retinin dan opsin. Ada tiga macam sel konus, yaitu sel yang peka terhadap warna merah, hijau, dan biru. Dengan ketiga macam sel konus tersebut mata dapat menangkap spektrum warna. Kerusakan salah satu sel konus akan menyebabkan buta warna. Jarak terdekat yang dapat dilihat dengan jelas disebut titik dekat (punctum proximum).
Jarak terjauh saat benda tampak jelas tanpa kontraksi disebut titik  jauh (punctum remotum). Jika kita sangat dekat dengan obyek maka cahaya yang masuk ke mata tampak seperti kerucut, sedangkan jika kita sangat jauh dari obyek, maka sudut kerucut cahaya yang masuk sangat kecil sehingga sinar tampak  paralel. Baik sinar dari obyek yang jauh maupun yang dekat harus direfraksikan (dibiaskan) untuk menghasilkan titik yang tajam pada retina agar obyek terlihat jelas. Pembiasan cahaya untuk menghasilkan penglihatan yang jelas disebut pemfokusan.
Cahaya dari obyek yang jauh difokuskan oleh lensa tipis panjang, sedangkan cahaya dari obyek yang dekat difokuskan dengan lensa yang tebal dan pendek. Perubahan bentuk lensa ini akibat kerja otot siliari. Saat melihat dekat, otot siliari berkontraksi sehingga memendekkan apertura yang mengelilingi lensa. Sebagai akibatnya lensa menebal dan pendek Saat melihat jauh, otot siliari relaksasi sehingga apertura yang mengelilingi lensa membesar dan tegangan ligamen suspensor bertambah. Sebagai akibatnya ligamen suspensor mendorong lensa sehingga lensa memanjang dan pipih. Proses pemfokusan obyek pada jarak yang berbeda- berda disebutdaya akomodasi.
     Akomodasi mata saat melihat jauh
     Akomodasi mata saat melihat dekat


Salah satu sifat makhluk hidup adalah iritabilitas, yaitu kemampuan- nya
untuk  merespon  stimuli  (yang  biasanya  merupakan  suatu  perubahan
lingkungan).  Pada  hewan  maupun  manusia,  respon  terhadap  stimuli
melibatkan tiga proses :
1) menerima stimulus,
2) menghantarkan implus, dan
3) respon oleh efektor (Soewolo; 1999: 241).

Agar  terjadi  sensasi  diperlukan  empat  syarat:
1.  Harus  ada  rangsang;
2. Organ  pengindera  harus  menerima  rangsang  dan  mengubahnya  kedalam
implus  saraf; 
3. Implus harus dihantarkan melalui  sistem  saraf dari  sensori hingga ke otak atau sumsum tulang belakang;
4. Bagian otak yang menerima, harus menerjemahkan implus menjadi sensasi.
Sebuah  reseptor  sensori  (indera)/  neuron  mempunyai  struktur  sederhana
yang berupa badan sel yaitu bagian sel saraf yang membesar dan mengandung
inti,  satu  atau  lebih  tonjolan  (cabang)  yang  keluar  dari  badan  sel  yang
dibedakan menjadi dendrit (tonjolan yang membawa implus ke badan sel) dan
akson  (tonjolan  yang  membawa  implus  dari  badan  sel).  Berdasarkan
fungsinya  sel  saraf  yang  membawa  implus  dari  reeseptor  disebut  sel  saraf
sensori; yang membawa implus ke efektor disebut sel saraf motoric; dan sel
saraf yang menghubungkan sel saraf sensori dan sel saraf motor disebut sel
saraf interneuron.
Semua  reseptor  sensori  berisi  dendrit  dari  neuron  sensori,  menampilkan
derajad eksitabilitas tinggi, dan memiliki stimulus threshold rendah. Sebagian
besar implus  sensori  dihantarkan menuju area sensori dari korteks  serebral,
disinilah  suatu  stimulus  menghasilkan  sensasi.  Kita  melihat,  mendengar, termoreseptif  (panas  dan  dingin),  sensasi  sakit,  sensasi  proprioseptif
(kesadaran atau aktifitas otot, tendon, sendi keseimbangan); 2. Indera khusus
yang  meliputi  sensasi  olfaktori  (pembau),  sensasi  gustatory  (pengecap),
sensasi  visual  (penglihatan),  sensasi  auditori  (pendengaran),  sensasi
equilibrium (orientasi tubuh).
Suatu  refleks  adalah  setiap  respon  yang  terjadi  secara  otomatis  tanpa
disadari  terhadap  perubahan  lingkungan  internal  maupun  lingkungan
eksternal.  Terdapat  dua  macam  refleks:  1.  Refleks  sederhana  atau  refleks
dasar yang menyatu tanpa dipelajari, misalnya refleks menutup mata bila ada
benda  yang  menuju  ke  mata,  2.  Refleks  yang  dipelajari,  atau  refleks  yang
dikondisikan(conditioned reflex), yang dihasilkan dari belajar.
Rangkaian  jalur  saraf  yang  terlibat  dalam  aktivitas  refleks  disebut
lengkung refleks, yang terdiri atas 5 komponen dasar: 1. Reseptor, 2. Saraf
aferen, 3. Pusat saraf (otak atau sumsum tulang belakang), 4. Saraf aferen, 5.
Efektor (Soewolo; 1999: 262).
Sebagian besar refleks merupakan refleks yang rumit, melibatkan beberapa
neuron  penghubung  antara  neuron  sensorik  dan  neuron  motoric  (refleks
polisinap) sebagai contohnya refleks menarik tangan yang kena benda panas
(withdrawal  reflex).  Hanya  ada  satu  refleks  yang  lebih  sederhana  daripada
withdrawal reflex, yaitu refleks regangan (stretch reflex). Refleks sederhana
hanya melibatkan dua neuron, tanpa neuron penghubung (refleks monosinap),
misalnya refleks patella. Karena penundaan atau penghambatan refleks dapat
terjadi  pada  sinap-sinap,  maka  makin  banyak  sinap  yang  terlibat  pada
lengkung refleks makin banyak pula waktu yang diperlukan untuk menghasil-
kan suatu refleks.
Berdasarkan  atas  system  pengendaliannya,  refleks  digolongkan  atas
refleks  somatic  (yang  dikendalikan  oleh  system  saraf  somatic)  dan  refleks
otonom (yang dikendalikan oleh system saraf otonom). Kedua macam refleks
tersebut dapat berupa refleks kranial atau refleks spinal. Refleks spinal dapat
terjadi tanpa melihat otak, misalnya refleks fleksor. Meskipun demikian otak
seringkali memberikan “pertimbangan” pada aktivitas refleks spinal, sehingga
dapat menguatkan atau menghambat refleks tersebut.

mencium  bau  adalah  akibat  korteks  serebral  yang  menerjemahkan  iimplus
sensori yang dirangsang.
Berdasar seederhana atau kompleksnya reseptor  dan  jalur  saraf, reseptor
sensori dikelompokkan menjadi: 1. Indera umum yang meliputi reseptor dan
jalur  saraf  sederhana;  sensasi  taktil  (sentuhan,  tekanan,  vibrasi),  sensasi

INDERA PENDENGARAN
Telinga merupakan sebuah organ yang mampu mendeteksi atau mengenal suara dan juga banyak berperan dalam keseimbangan dan posisi tubuh. (Evelync.2009:27)
Di telinga pun terdapat jenis-jenis gangguan pendengaran diantaranya:
    Gangguan pendengaran konduktif
Gangguan pendengaran konduktif terjadi ketika getaran suara di udara tidak sampai ke telinga bagian dalam sebagaimana mestinya. Jika ada sesuatu yang menghalangi saluran telinga (zat lilin, cairan, penumpukan kalsium pada tulang telinga), maka terjadi ganguan pendengaran konduktif. Biasanya suara masih bisa terdengar namun lemah, teredam atau terdistorsi. Umumnya, gangguan pendengaran konduktif tidak menyebabkan ketulian total.
Beberapa keadaaan yang dapat menyebabkan gangguan pendengaran konduktif misalnya:
    Kondisi yang berhubungan dengan kelainan seperti cairan yang terdapat pada telinga tengah yang berasal dari secret dihidung, alergi, dll.
    Adanya serumen
    Infeksi pada liang telinga
    Adanya benda asing pada liang telinga
    Adanya kelainan yang terjadi pada telinga luar, liang telinga, ataupun telinga tengah
(Adams L George. 1997: 23-24)
    Gangguan pendengaran saraf
Gangguan pendengaran saraf (tuli saraf) terjadi ketika saraf pendengaran dari liang telinga yang menuju ke otak gagal membawa informasi suara ke otak. Ketulian saraf akan menyebabkan hilangnya kenyaringan atau kejelasan dalam suara yang diterima. Tuli sesorineural terjadi ketika nervus dan sel-sel rambut yang terdapat di telinga dalam (koklea) mengalami kerusakan dan tidak dapat mentransmisikan sinyal-sinyal ke otak. Biasanya ditandai dengan tidak dapat mengerti secara jelas apa yang dikatakan oleh suara tersebut. (Adams L George. 1997: 24)
    Gangguan pendengaran campuran
Gangguan pendengaran campuran merupakan kombinasi dari gangguan pendengaran konduktif dan saraf, terjadi karena adanya interferensi dari impuls-impuls saraf ditingkat korteks pendengaran. Kelainan terdapat pada lintasan saraf pendengaran dan reseptor suara pada tingkat kortikal. (Adams L George. 1997: 25)

Penyebab Gangguan Pendengaran (Ketulian)
Sebagian orang dilahirkan dalam keadaan tuli. Biasanya penyebabnya tidak diketahui. Banyak orang yang mengatakan bahwa itu disebabkan karena sesuatu yang terjadi pada ibu selama masa kehamilan, tetapi pendapat ini tidak bisa dibenarkan. Berikut beberapa penyebab ketulian yang lazim terjadi :
    Infeksi Telinga
Infeksi pada telinga adalah penyakit yang dapat menimbulkan cairan dan lendir pada liang telinga. Jika cairan dan lendir ini menumpuk di dalam liang telinga, maka gendang telinga menjadi kurang fleksibel dari yang seharusnya. Pendengaran mungkin akan berkurang atau bahkan hilang selama terkena infeksi, bila tidak dirawat dengan baik, pendengaran bisa saja akan hilang selamanya ketika infeksi sudah sembuh. Selama masa kanak-kanak, infeksi telinga ada kalanya terjadi setelah anak menderita influenza atau demam-demam lainnya. Radang tonsil (radang amandel) yang menahun dan infeksi lainnya mungkin juga akan merambat ke saluran eustachius dan menyebabkan terkumpulnya nanah di dalam rongga telinga bagian tengah. Bila itu terjadi, si anak akan mengalami sakit telinga dan demam tinggi. Tidak perlu menunggu, segera bawa ke dokter (spesialis THT lebih disukai) untuk mengobati keadaannya. Ingat, jangan pernah bereksperimen dengan memberikannya obat tetes telinga sembarangan. Biaya ke dokter masih jauh lebih murah ketimbang risiko yang harus anak Anda tanggung nantinya.

    Otosklerosis
Otosklerosis adalah penyebab umum dari ganguan pendengaran. Meskipun di masa lalu orang-orang menganggap otosklerosis disebabkan oleh penyakit seperti deman berdarah, campak, dan infeksi telinga, namun kenyataannya itu tidak berhubungan. Ini merupakan penyakit keturunan di mana bagian-bagian dari telinga tengah atau telinga dalam mengembangkan pertumbuhan tulang seperti spons. Penyakit ini bisa muncul di telinga tengah, telinga dalam atau bahkan keduanya. Ketika menyerang telinga bagian dalam, akan terjadi gangguan pendengaran sensorineural. Setelah semakin parah, ini akan menjadi permanen.

    Meningitis
Meningitis adalah peradangan pada membran (meninges) yang mengelilingi otak dan tulang belakang. Meningitis sendiri tidak menyebabkan ketulian, tapi karena letak otak sangat dekat dengan telinga, peradangan pada meninges dapat menyebabkan telinga menjadi meradang pula, dan hal ini dapat menyebakan ketulian.

    Lubang gendang telinga
Ketulian bisa disebabkan cedera di gendang telinga. Gendang telinga adalah selaput tipis yang memisahkan saluran tengah dan telinga bagian tengah. Telinga bagian tengah terhubung ke tenggorokan oleh saluran eustachius, yang mengurangi tekanan di telinga tengah. Jadi lubang di gendang telinga bisa menyebabkan hilangnya pendengaran dan kadang-kadang dapat menguras cairan dari telinga. Kabar baiknya, terkadang gendang telinga akan sembuh sendiri, meskipun dapat memakan waktu beberapa minggu atau bulan. Sementara gendang telinga dalam proses penyembuhan, telinga harus terlindung dari air dan dari cedera lebih lanjut. Jika gendang telinga tidak sembuh dengan sendirinya, mungkin pembedahan perlu dilakukan. Tingkat ketulian tergantung pada ukuran lubang di gendang telinga dan banyak hal lannya.
Cedera yang dapat melubangi gendang telinga antara lain :
    Benda asing, cotton bud yang didorong terlalu jauh juga bisa menyebabkan lubang pada gendang telinga.
    Ledakan, yang menyebabkan perubahan besar tekanan udara, dapat menyebabkan gendang telinga sobek.
    Kecelakaan mobil, motor, terjatuh, perkelahian dan cedera akibat olahraga.
    Kerusakan saraf
Kerusakan pada saraf pendengaran juga bisa terjadi karena cedera atau penyakit. Cedera dapat terjadi karena kecelakan atau terjatuh. Akibat dari kerusakan saraf adalah sinyal-sinyal listrik dari suara tidak dapat diteruskan dari telinga ke otak.
    Suara keras
Penyebab yang sangat umum dari tuli adalah paparan jangka panjang suara yang keras. Inilah sebabnya mengapa operator alat berat, petugas pemadam kebakaran, pekerja pabrik, dan terutama musisi rock sering menderita gangguan pendengaran akibat pekerjaan yang mereka jalani selama bertahun-tahun. Biasanya satu kali insiden paparan suara keras tidak akan menyebabkan ketulian, tetapi pemaparan berulang terhadap suara keras dalam periode waktu tertentu bisa menyebabkan gangguan pendengaran berat.
(John Gibson.1990: 124)

INDERA PENGECAP
Pada hakikatnya lidah mempunyai hubungan yang sangat erat dengan indera khusus pengecap. Lidah sebagian besar terdiri atas dua kelompok otot yaitu : otot instrinsik dimana lidah melakukan semua gerakan halus , sementara otot entrinsik mengkaitkan lidah pada bagian-bagian sekitarnya serta melakanakan  gerakan-gerakan kasar yang sangat penting pada saat mengunyah dan menelan . lidah mengaduk-aduk makanan, menekannya pada langit-langit dan gigi. Dan akhirnya mendorong masuk faring.
kemoreseptor untuk merasakan respon rasa asin, asam, pahit dan rasa manis. Tiap rasa pada zat yang masuk ke dalam rongga mulut akan direspon oleh lidah di tempat yang berbeda-beda. Letak masing-masing rasa berbeda-beda yaitu :
    Rasa Asin = Lidah Bagian Depan
     Rasa Manis = LidahBagianTepi
    Rasa Asam / Asem = LidahBagianSamping
    Rasa Pahit / Pait = LidahBagianBelakang

    INDERA PENCIUMAN
         Indera penciuman terletak pada rongga hidung. Di dalam rongga hidung terdapat rambut-rambut halus yang berfungsi untuk menyerap kotoran yang masuk melalui sistem pernafasan (respiratory). Selain itu, terdapat konka nasal superior, intermediet serta inferior. Pada bagian konka nasal superior terdapat akar sel-sel dan jaringan saraf penciuman (nervus olfaktori yang merupakan saraf kranial pertama) yang berfungsi untuk mendeteksi bau-bauan yang masuk melalui hirupan napas. Reseptor Pembau adalah komoreseptor yang dirangsang oleh molekul–molekul larutan dalam cairan hidung. Reseptor pembau merupakan reseptor jauh (tele reseptor) karena lintasan pembauan tidak memiliki hubungan dalam thalamus dan tidak terdapat di daerah proyeksi pada neocortex penciuman (Ganong, 1979).
         Tanggung jawab sistem pembau (sistem olfaction) adalah mengindikasikan molekul-molekul kimia yang dilepaskan di udara yang mengakibatkan bau. Molekul kimia diudara dapat dideteksi bila ia masuk ke reseptor olfactory epithelia melalui proses penghirupan. Organon olfaktus terdapat pada hidung bagian atas, yaitu pada concha superior dan membran ini hanya menerimarangsang benda-benda yang dapat menguap dan berwujud gas. Bagian-bagiannya adalah sebagai berikut:
a. Concha Superior
b. Concha Medialis
c. Concha Inferior
d. Septumnasi (sekat hidung)
Concha-concha tersebut adalah dari tulang, ditutupi oleh selaput lender yang mengandung penuh pembuluh, pembuluh darah dan dapat membesar. Gunanya untuk memanasi hawa yang akan masuk ke paru-paru. Reseptor organon olfactory terdapat di bagian atas hidung, menempel pada lapisan jaringan yang diselaputi lendir dan disebut olfactory muscosa. Selaput lendir tersebut berfungsi untuk melembabkan udara. Pada bagian tersebut juga terdapat bulu-bulu hidung yang berfungsi untuk menyaring debu dan kotoran (Ganong, 1979).

         Benda kimia yang dapat menstimulasi sel saraf dalam hidung adalah substansi yang dapat larut dalam zat cair (lendir) yang terdapat pada silia yang menutupi sel tersebut. Makin berbau suatu substansi, maka hal tersebut menunjukkan bahwa makin banyak molekul yang dapat larut dalam air dan lemak (konsentrasi penguapannya tinggi) (Evelyn, 2000).
Anatomi dan fisiologi penafasan bagian atas yaitu:
1. Rongga Hidung, terdiri atas :
(a) Vestibulum yang dilapisi oleh sel submukosa sebagai proteksi.
(b) Struktur konka yang berfungsi sebagai proteksi terhadap udara luar karena strukturnya yang berlapis.
(c) Sel silia yang berperan untuk melemparkan benda asing ke luar dalam usaha untuk membersihkan jalan napas.
Bagian internal hidung adalah rongga berlorong yang dipisahkan menjadi rongga hidung kanan dan kiri oleh pembagi vertikal yang sempit, yang disebut septum.

2. Faring
Faring merupakan saluran yang memiliki panjang kurang lebih 13 cm yang menghubungkan nasal dan rongga mulut kepada laring pada dasar tengkorak.
3. Laring
Laring tersusun atas 9 Cartilago (6 Cartilago kecil dan 3 Cartilago besar). Terbesar adalah Kartilago thyroid yang berbentuk seperti kapal, bagian depannya mengalami penonjolan membentuk “adam’s apple”, dan di dalam cartilago ini ada pita suara. Fungsi utama laring adalah untuk memungkinkan terjadinya vokalisasi. Laring juga melindungi jalan napas bawah dari benda asing dan memudahkan batuk. Laring sering disebut sebagai kotak suara dan terdiri atas:
a. Epiglotis : daun katup kartilago yang dapat menutup saat proses menelan.
b. Glotis
c. Kartilago Thyroid
(Evelyn, 2000).



SISTEM PELIPUT

Sitem peliput meliputi kulit, turunan kulit serta beberapa jenis reseptor khusus. System ini sering kali mencakup bagian system organ yang terbeSar mencakup kulit,  rambut, bulu, kuku, kelenjar keringat dan produknya. (Anderson.1996)
Kulit adalah lapisan terluar pada tubuh manusia. Kulit dibagi menjadi 3 bagian yaitu epidermis, dermis dan subkutan. Subkutan merupakan indera peraba yang mempunyai reseptor khusus untuk sentuhan, panas, dingin, sakit. Epidermis adalah lapisan epitel berlapis membentuk keratin (bahan utama dari epidermis).  Epidermis dikulit memiliki tebal 0,3 mm, ditelapak tangan dan kaki tebalnya 1,5 mm. Dermis adalah bagian bawah dari epidermis yang keadaannya lebih tebal dan dilengkapi dengan pembuluh  darah, pembuluh limfe, dan urat saraf. (Setiadi.2007)
Fungsi kulit yaitu sebagai pelindung tubuh terhadap kekeringan, sekresi beberapa kelelnjar, panas matahari/dingin, beberapa pigmen sensitive terhadap sinar matahari, adanya bulu/rambut sebagai penahan panas tubuh, melindungi dari bahan-bahan kimia, melindungi dari bahan-bahan kimia, melindungi terhadap infeksi penyakit, pengaruh-pengaruh mekanik. Sebagai alat pembela diri seperti pembentukan tanduk, mimikri & koloorisasi yang dilakukan adanya pigmen pada kulit, dan sekresi kelenjar-kelenjar racun. (Setiadi.2007)


    Alat dan Bahan

Alat    Bahan

Pipet tetes
Kartu snellen
Garpu tala
Jam/ stopwatch
Penutup mata
Penutup hidung
Penutup telinga
Buku tes buta warna isihara    Larutan kinin sulfat 0,1% & 0,0000008M
Larutan sukrosa 5% & 0,01M
Larutan asam asetat 1%
Larutan asam klorida 0,0009N
Larutan natrium klorida 10% & 0,01M
Kapas
Air es
Jambu
Kentang
Bawang merah
Kamfer
Minyak permen
Minyak cengkeh




    Prosedur Percobaan
    Fisiologi penglihatan
Refles Akomodasi
Di ukur perbedaan pupil mata saat dibawah sinar biasa, dan saat di bawah sinarterang. Saat di ukur di bawah sinarbiasa, suka relawan diharuskan melihat sebuah objek yaitu lampu senter dengan lampu menyala tepat di bagian mata dengan jarak 5 m, lalu pupil di ukur dengan menggunakan jangkasorong. Lalu, pengukuran selanjutnya adalah pengukuran di bawah sinar terang, suka relawan juga melakukan hal yang sama tetapi dengan jarak yang berbeda yaitu hanya 20 cm, lalu pupil mata kembali di ukur dengan menggunakan jangka sorong.

Titik Dekat
Fokuskan mata ke objek berjarak 1 meter (misalnya pensil atau batang pengaduk). Lalu perlahan-lahan objek digerakan mendekati mata sama objek terlihat berganda. Kemudian jauhkan objek sampai objek terlihat tunggal. Jarak ini disebut titik dekat untuk akomodasi.

KetajamanPenglihatan
Uji ketajaman penglihatan ini menggunkan kartu Snellen. Lalu ketajaman penglihatan ini dinyatakan sebagai:
V=d/D
d=jarakdimanahurufdapatdilihatdenganjelas (dapatdibaca)
D=jarakdimanahurufseharusnyadapatdibaca

Penglihatan Binokular
Dimasukkan benang ke dalam lubang jarum dengan kedua mata terbuka. Dicatat waktu yang diperlukan. Dilakukan hal yang sama, tetapi dengan salah satu mata di tutup. Disimpulkan hasil percobaan tersebut.
Uji Buta Warna
Sukarelawan di test buta warna dengan menggunakan kartu isihara dengan berjarak 75 cm dari mata, saat telah dilakukannya test isihara dan menjawab semua soal pada kartu dengan waktu 3 detik persoalnya,  sukarelawan diberikan petunjuk untuk melihat hasilnya, dan setelah sudah mengetahui hasil yang didapat sukarelawan dinyatakan tidak buta warna.

    Fisiologi pendengaran   

Uji ketajaman Pendengaran
Uji ini dilakukan pada ruangan yang sepi. Pada salah satu praktikan , telinga ditutup menggunakan kapas dan matanya ditutup. Sebuah jam ditempatkan pada salah satu telinga, jam dijauhkan secara teratur dan perlahan. Jarak detak  jam tidak terdengar lagi diukur. Jam dijauhkan sedikit lagi dan jam didekatkan kembali secara perlahan. Jarak detak jam bisa terdengar diukur kembali. Uji ini dilakukan pada telinga kiri dan kanan.

Uji ketulian
Dipukulkan sebuah garpu tala dengan frekuensi 512 cps pada lantai. Di gigit garpu tala di antara gigi dengan bibir terbuka. Dilakukan hal yang sama dengan salah satu telinga disumbat dengan kapas.


    Fisiologi Pengengecap
Distribusi Reseptor Kecap
Lokasi reseptor ditentukan untuk empat jenis rasa pada lidah dengan menggunakan satu tetes dari larutan-larutan sebagaiberikut:

    Larutankininsulfat 0,1%
    Larutansukrosa 5%
    Larutanasamasetat 1%
    Larutannatriumklorida 10%
Setiap kali setelah mengecap satu rasa, lalu berkumurlah dengan air tawar.
Nilai Ambang Rasa
Saat dilakukan percobaan nilai ambang rasa menggunakan larutan yang memiliki rasa pada nilai ambang rasa lidah yaitu kinin (pahit), sukrosa (manis), asam klorida (asam), natrium klorida (asin). Sukarelawan diharuskan membuktikan kebenaranya  dengan menteteskan larutan tersebut satu persatu dengan menggunakan pipet tetes kelidah.

    Fisiologi Penciuman
Fisiologi Organ Penciuman
pada percobaan ini dilakukan oleh dua anggota kelompok, salah satu anggota kelompok ditutup matanya kemudian diciumkan bau kamfer pada salah satu lubang hidung (catat waktu) hingga bau kamfer tidak tercium, kemudian langsung ciumkan minyak permen dan minyak cengkeh.

    Sistem Peliput
Distribusi Reseptor Kecap
Pada bagian lengan bawah, daerah antara lutut dan mata kaki digambar 20 kotak dengan luas sekitar 2 cm. Didalam daerah tersebut. Dilakukan sentuhan perlahan dengan bulu sikat, paku yang dicelupkan pada air panas dan air dingin, dan menggunakan jarum pada 20 tempat berbeda. Jika adas ensasi sentuh ditandai dengan huru f  S, jika ada sensasi panas ditandai dengan huruf P, jika ada sensasi dingin ditandai dengan huru f D, jika ada sensasi nyeri ditandai dengan huruf N.

    Hasil Pengamatan dan Perhitungan
    Fisiologi Penglihatan

Refleks akomodasi
Pp pupil mata dibawah sinar biasa ( 5 m )    0,91 cm
Pu pupil mata dibawah sinar terang ( 20 cm )    0,55 cm

Fisiologi penglihatan
Titik dekat
Benda berganda = 14cm
Benda objektunggal = 29 cm

Ketajaman penglihatan
V=d/D=3,05m/12,2=0,25

Penglihatan Binokular
Ketika menggunakan dua mata terbuka, waktu yang diperlukan adalah 10 detik. Sedangkan, ketika salah satu mata ditutup, waktu yang diperlukan adalah 3 detik.

Uji buta warna
Sukarelawan menjawab dengan benar semua kartu isihara, hasilnya tidak buta warna

    Fisiologi Pendengaran

ANATOMI TELINGA



Telinga Luar
    Daun telinga – mengumpulkan dan menyalurkan bunyi ke liang telinga
    Liang telinga (saluran telinga luar) – mengarahkan bunyi ke telinga

Telinga Tengah
    Gendang telinga (membran timpani) – mengubah bunyi menjadi getaran
    Tulang-tulang pendengaran (maleus, inkus dan stapes) – rangkaian ketiga tulang kecil ini (osikula)  menghantar getaran ke telinga dalam

Telinga Dalam
    Telinga dalam (koklea/rumah siput) – berisi cairan dan sel "rambut" yang sangat peka. Struktur yang berupa rambut halus ini bergetar ketika dirangsang oleh getaran bunyi
    Sistem vestibular – berisi sel yang mengendalikan keseimbangan
    Saraf auditori – menghubungkan koklea/rumah siput ke otak

Uji ketajaman pendengaran
Letak    Menjauh    Mendekat
Kiri    11,5 cm    8 cm
Kanan    11,5 cm    9,5 cm

Uji ketulian
    Pada saat telinga dengan keadaan normal dan tidak disumbat dengan apapun dan garputala digoyangkan lalu di gigit dengan bibir terbuka suara getaran garputala berada di tengah-tengah. Dan saat disumbat salah satu suara getarannya terdengar lebih jelas pada salah satu telingan yang disumbat dengan kapas baik kiri maupun kanan.
    Fisiologi Pengecapan
Nama    Pahit kinin
0,0000M    Manis sukrosa 0,01 M    Asam asetat
0,0009 M    Asin Natrium klorida
 0,01 M
Nadya    Pahit sekali    Manis sekali    Asam Kuat    Asin kuat
Nurhatinna    Pahit sekali    Manis sekali    Asam Kuat    Asin kuat
   
    Fisiologi Penciuman
Saat diciumkan kamfer bau langsung terdeteksi (sangat menyengat). Waktu hingga bau tidak terdeteksi lagi adalah 4:37, kemudian pada saat diberikan minyak cengkeh dan minyak permen praktikan langsung dapat mendeteksi perbedaan bau tersebut dengan mata tertutup dan satu lubang hidung.

    Sistem Peliput
Tangan
NSD    NSD    NSD    NSP    NSD
NSP    NSD    NSD    NSD    NS
NSD    NSD    NSD    NSD    NSDP
NSD    NSD    NSD    NSDP    NSD

Diantara lutut dan mata kaki
DSN    PSN    SNDP    SNDP
PDSN    DPSN    DPSN    DPSN
DSN    DSN    DPSN    DPSN
PSN    DPSN    DPSN    DPSN
DSN    SN    DPSN    DPSN





    Pembahasan
    Organ panca Indera manusia terdiri dari mata, hidung, telinga, lidah dan kulit. Mata merupakan organ penglihatan dengan stimulus berupa cahaya. Pada praktikum kali ini, telah dilakukan percobaan panca indera.  Dilakukan prosedur penglihatan, pendengaran, orang pengecapan dan penciuman.  Pada praktikum fisiologi mata kita akan mengukur pupil mata sebagai refleks akomodasi pada jarak dekat dan jarak jauh serta pada pengaruh cahaya terang dan gelap. Mata yang terkena cahaya secara tiba-tiba akan mengecil secara cepat dan iris mendekat secara cepat, sedangkan mata yang tidak terkena cahaya tiba-tiba, pupil akan mengecil secara lambat dan iris mendekat secara lambat. Pupil mata tergantung dari iris atau semacam otot kecil. Iris mendekati jika cahaya yang masuk terlalu terang (otot radial) dan iris menjauhi jika cahaya yang masuk terlalu redup. Jika mata tidak siap saat terkena cahaya maka pupil mengecil atau meredup secara langsung, kalau siap maka pupil akan mengecil atau meredup secara perlahan (otot radial). Pada percobaan yang telah dilakukan ukuran pupil membesar pada saat melihat objek dengan jarak dekat dan ukuran pupil mengecil saat melihat objek dengan jarak jauh.  Ditempat yang gelap dimana intensitas cahayanya kecil maka pupil akan membesar, agar cahaya dapat lebih banyak masuk kemata. Ditempat yang sangat terang dimana intensitas cahayanya cukup tinggi atau besar maka pupil akan mengecil, agar cahaya lebih sedikit masuk kemata untuk menghindari mata , bila mata diarahkan kesalah satu mata pupil akan berkontraksi, kejadian tersebut dinamakan refleks pupil atau refleks cahaya pupil.
Percobaan pada titik dekat didapatkan jarak ketika objek terlihat ganda yaitu 14 cm dan benda objek tunggal yaitu 29cm.  Jika kita sangat dekat dengan obyek maka cahaya yang masuk ke mata tampak seperti kerucut, sedangkan jika kita sangat jauh dari obyek, maka sudut kerucut cahaya yang masuk sangat kecil. sinar dari obyek yang jauh maupun yang dekat harus direfraksikan (dibiaskan) untuk menghasilkan titik yang tajam pada retina agar obyek terlihat jelas. Dalam memfokuskan penglihatan kita dibantu oleh adanya lensa mata. Cahaya akan untuk mendapatkan titik fokus pada retina agar suatu objek dapat terlihat jelas. Prosedur ketajaman penglihatan dadapatkan nilai V yaitu 0,25. Ketajaman diatur oleh retina dimana berkas cahaya akan jatuh pada retina tersebut. Jika berkas cahaya jatuh didepan retina maka dapat dikatakan menderita rabun jauh. Sehingga pada rabun jauh digunakan lensa cekung atau negatif. . Sedangkan jika berkas cahaya jatuh dibelakang retina maka dapat dikatakan rabun dekat. Maka digunakan lensa cembung atau positif.

Pada percobaan penglihatan binocular, praktikan melakukan percobaan dengan memasukkan benang ke dalam lubang jarum. Dari prosedur yang telah ditentukan, ketika praktikan memasukkan benang ke dalam lubang jarum dengan 2 mata, diperoleh waktu 10 detik. Berbeda ketika salah satu mata praktikan ditutup, diperoleh waktu 3 detik. Artinya pada praktikan ini, lebih focus dengan salah satu mata tertutup dibandingkan dengan melihat 2 mata. Hal ini dikarenakan, kefokusan pada mata meningkat ketika salah satu mata ditutup agar penglihatan lebih jelas. Praktikan termasuk mata dalam keadaan normal. Karena selisih antara penglihatan 2 mata dan salah satu mata ditutup tidak terlalu jauh.
        Buta warna umumnya disebabkan karena keturunan (genetikal). Penyebab lainnyaadalah adanya kerusakan pada syaraf mata yang disebabkan karena berbagai sebab, seperti kecelakaan atau bawaan lahir. Buta warna dibedakan menjadi 2 tipe yaitu tipe buta warna parsial dan butawarna total. Buta warna parsial adalah buta warna yang hanya bisa membedakan beberapa warna saja, tetapi sebaliknya buta warna total tidak bisa membedakan warna. Saat di lakukan percobaan dengan menggunakan kartu isihara penderita buta warna total rata-rata hanya bisa menjawab dengan benar soal di halaman pertama, dan halam berikutnya tidak, dikarenakan halaman pertama hanya ada  perbedaan gradasi warna muda dan tua, jadi penderita buta warna total hanya bisa membaca dengan benar soal di halaman  pertama dengan hanya melihat perbedaan gradasi warnanya bukan dengan perbedaan warnanya. Saat dilakukan percobaan ini dengan salah satu sukarelawan, dengan membaca semua soal dan menjawabnya dengan cepat setelah itu dilihat kata kunci yang ada di belakang soal tersebut untuk dilihat kebenarannya di tabel skor di kartu isihara, dan sukarelawan menjawab semua dengan tepat, di pastikan sang sukarelawan tidak menderita penyakit butawarna.
          Pada percobaan ini uji ketajaman pendengaran ini dilakukan dengan menggunakan jam yang dijauhkan dan didekatkan pada telinga kanan atau kiri dimana saat melakukan percobaan salah satu telinga ditutup menggunakan kapas dan menutup mata. Menutup salah satu telinga dan menutup mata dilakukan agar praktikan bisa fokus mendengar detak jam. Pada percobaan ini memperoleh jarak yang berbeda pada saat jam didekatkan. Seharusnya jarak antara telinga kiri dan kanan sama. Hal ini disebabkan karena kesalahan pada saat mendengar suara detak jam atau kesalahan pada saat pengukuran jarak jam. Pada uji ketajaman pendengaran ketika detak jam dijauhkan di dapat pada telinga kiri dan kanan dengan jarak 11,5 cm sedangkan pada saat jam didekatkan sehingga detak jam bisa terdengar kembali di dapat jarak telinga sebelah kiri 9,5 cm sedangkan telinga sebelah kanan  8 cm, seharusnya hasil dari uji ketajaman telinga ini jarak yang sama baik mendekat maupun menjauh. Perbedaan jarak pendengaran bisa terjadi karena praktikan tidak fokus mendengarkan suara detak jam, hilangnya konsentrasi praktikan, gangguan dari praktikan lain, lemahnya suara detak jam yang didengar, keadaan ruangan yang tidak terlalu sunyi, dan bisa saja terjadi kesalahan pengukuran jarak.
Pada uji ketulian alat yang diguanakan adalah garputala dengan 512 cps karena secara fisiologi telinga dapat mendengar nada antara 20 sampai 18.000 Hz, untuk pendengaran sehari-hari yang paling efektif 500-2000 Hz, kemudian garputala diketukkan pada lantai sehingga menghasilkan getaran dan langsung digigit dengan bibir terbuka, atau biasa dikenal dengan tes weber. Pada percobaan pertama dengan telinga tidak disumbat apapun suara getaran garputala berada ditengah-tengah, pada saat disumbat salah satu suara getarannya terdengar lebih jelas pada salah satu telingan yang disumbat dengan kapas baik kiri maupun kanan. Ini disebabkan seolah-olah kita terjadi gangguan pendengaran konduktif yang menurut Adams L George terjadi ketika getaran suara di udara tidak sampai ke telinga bagian dalam sebagaimana mestinya, jadi saat telinga kanan yang disumbat oleh kapas artinya kita tuli konduktif sebelah kanan. Maka dari itu suara yang terdengar lebih jelas disebelah kanan.
Pada saat melakukan percobaan pada kecap atau rasa pada distribusi reseptor kecap dengan menggunakan larutan kinin pekat lidah terasa pahit, kemudian pada saat menggunakan larutan sukrosa pekat lidah terasa manis, pada saat menggunakan larutan asam asetat terasa asam sekali dan pada saat menggunakan larutan natrium klorida pekat lidah terasa asin . Saat melakukan percobaan pada kecap atau rasa lidah setiap orang tidak sama dan pada hasil pengamatan berbeda -beda, karena kepekaan ambang rasa pada lidah seseorang tidak sama. Pada percobaan kecap atau rasa dipengaruhi oleh konsentrasinya, pada konsentrasi yang lebih rendah, rasa pada suatu larutan tidak terlalu khas dirasakan, sehingga terjadi perbedaan ambang rasa.
          Organ pengecap kita yaitu lidah yang memiliki reseptor berupa kuncup pengecap. Jenis stimulus bisa berupa zat kimia maupun suhu. Percobaan yang pertama adalah untuk menentukan empat jenis rasa pada daerah di lidah. Percobaan yang dilakukan maka rasa manis berada pada daerah depan atau ujung lidah, rasa pahit pada daerah belakang atau pangkal lidah, sedangkan rasa asam dan asin berada di samping kanan dan samping kiri lidah. saat melakukan percobaan pengecapan rasa, setiap orang memiliki hasil pengamatan yang berbeda-beda karena kepekaan terhadap ambang rasa tidak sama antara satu orang dengan yang lainnya. Jumlah papila atau kuncup pengecap yang terdapat pada lidah kita akan mempengaruhi kepekaan terhadap suatu rasa. Pada percobaan kecap atau rasa dipengaruhi oleh konsentrasinya, pada konsentrasi yang lebih rendah, rasa pada suatu larutan tidak terlalu khas dirasakan, sehingga terjadi perbedaan ambang rasa.
      Pada percobaan fisiologi penciuman, dilakukan pada seorang praktikan dengan mata tertutup dan salah satu hidung disumbat kemudian diberikan kamfer, praktikan terus mencium bau kamfer hingga bau kamfer menghilang (waktu adaptasi praktikan terjadi selama 4 menit 37 detik) pada saat bau kamfer sudah tidak tercium praktikan langsung diberikan minyak cengkeh (praktikan langsung mendeteksi minyak cengkeh tersebut) kemudian minyak cengkeh langsung diganti dengan minyak permen (praktikan mampu mendeteksi dengan cepat perbedaan bau tersebut). Melihat respon dari praktikan, dapat dikatakan bahwa praktikan tidak mengalami gangguan pada indra penciuman seperti salah mendeteksi aroma ataupun masih terpengaruh dengan aroma yang diberikan sebelumnya.

           Pada percobaan sistem peliput, lengan terdapat 20 sensasi sentuh pada 20 tempat yang berbeda-beda. Terdapat 3 sensasi panas pada 20 tempat yang berbeda-beda. Terdapat 17 sensasi dingin pada 20 tempat yang berbeda-beda. Terdapat 20 sensasi nyeri pada 20 tempat yang berbeda-beda. Pada antara lutut dan mata kaki terdapat 20 sensasi sentuh pada tempat yang berbeda-beda. Terdapat 15 sensasipanaspada 20 tempat yang berbeda-beda.Terdapat 17 sensaidinginpada 20 tempat yang berbeda-beda. Terdapat 20 sensasi nyeri pada 20 tempat yang berbeda. Dalam percobaan sensasi kulit lebih peka pada daerah lengan, karena pada daerah lengan lebih peka terhadap ransangan. Sensasi-sensasi bisa dirasakan karena pada kulit terdapat reseptor-reseptor khusus. Reseptor nyeri berupa ujung saraf bebas yang terdapat di seluruh jaringan baik di bagian luar maupun dalam bagian alat dalam terdapat ujung saraf Ruffini. Reseptor panas dan dingin (thermoresepor) untuk rangsangan rasa dingin terletak pada ujung saraf Merkel dan untuk merasakan panas terdapat pada ujung saraf Krausse. Reseptor sentuhan berupa korpus Meissner, dan ujung saraf yang melingkari akar rambut, yang semuanya terdapat  dekat permukaan kulit. Dan yang terakhir reseptor tekanan adalah korpus Paccini.



    Kesimpulan
    Mata mempunyai reseptor khusus untuk mengenali perubahan sinar dan warna. Sesungguhnya yang disebut mata bukanlah hanya bola mata, tetapi termasuk otot-otot penggerak bola mata, kotak mata, kelopak dan bulumata.
    Cara kerja mata manusia pada dasarnya sama dengan cara kerja kamera, kecuali cara mengubah focus lensa.
    Penglihatan binokular adalah kesempurnaan melihat dengan dua mata. Sedangkan pada praktikum kali ini, praktikan lebih fokus ketika salah satu matanya ditutup. Hal ini termasuk normal. Karena praktikan memenuhi syarat utama untuk penglihatan binokular.
    Telinga merupakan sebuah organ yang mampu mendeteksi atau mengenal suara dan juga banyak berperan dalam keseimbangan dan posisi tubuh.
    Ganguan pada telinga dibagi menjadi 3 yaitu gangguan telingan konduktif, pendengaran saraf dan campuran.
    Digunakan frekuensi 512 cps karena mewakili frekuensi percakapan normal.
    Lidah mempunyai reseptor khusus yang berkaitan dengan rangsangan kimia.
    Permukaan lidah dilapisi dengan lapisan epitelium yang banyak mengandung kelenjar lendir, dan reseptor pengecap berupa tunas pengecap.
    Pada fisiologi penciuman praktikan tidak mengalami gangguan pada indera penciuman.
    Fungsi kulit yaitu sebagai pelindung tubuh terhadap kekeringan, sekresi beberapa kelelnjar, panas matahari/dingin, beberapa pigmen sensitive terhadap sinar matahari, adanya bulu/rambut sebagai penahan panas tubuh, melindungi dari bahan-bahan kimia, melindungi dari bahan-bahan kimia, melindungi terhadap infeksi penyakit, pengaruh-pengaruh mekanik.





    Daftar Pustaka
 Wibowo, D.S. (2005). Anatatomi Tubuh Manusia. Editor: S. Darwin. Jakarta. PT. Grasindo
George L, Adams. 1997. “BOEIS : Buku ajar Penyakit THT Edisi 6”. Kedokteran EGC:Jakarta.
Gibson, John. 1990. “Fisiologi dan Anatomi Modern”. Kedokteran EGC:Jakarta.
Pearce, Evelync. 2009. “Anatomi Fisiologi Untuk Paramedis”. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.
Evelyn , C.Pearce . (2000) .Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta : PT. Gramedia.
Ganong, W.F. (2006). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta:  EGC Penerbit Buku Kedokteran

Tidak ada komentar:

Posting Komentar